Cari Blog Ini

Kamis, 20 Januari 2011

MENGENAL DAN MENANGGULANGI RUMORS KB

Masih jelas di ingatan kita, sewaktu KB masih menjadi program rintisan pemerintah tahun 1970 an dan era perluasan jangkauan tahun 1980 an, kita sering mendengar adanya berbagai berita yang bernada negatif tentang KB dan alat kontrasepsi. Saat itu, kita dengar berita dari mulut ke mulut yang menyatakan bahwa pemakaian alat kontrasepsi itu berbahaya. IUD yang dipasang dalam rahim ibu dapat “berjalan-jalan” sampai ke jantung atau paru-paru dan menembusnya sehingga dapat menimbulkan kematian. Di samping itu, IUD juga dapat menyebabkan kecacatan bayi jika si pemakai IUD mengalami kehamilan, karena IUD dapat masuk ke kepala bayi. Suntikan dan Pil KB juga pernah diberitakan dapat menyebabkan kemandulan. Tidak terkecuali juga, alat kontrasepsi Implant (Susuk KB) yang dipasang di lengan kiri seorang ibu dapat berjalan-jalan sampai ke pergelangan tangan, dada, bahkan sampai ke kepala. Kita juga pernah mendengar nada-nada sumbang bahwa KB itu haram, KB itu dosa, KB itu identik dengan membunuh bayi, dan masih banyak lagi.
Berbagai berita “bohong” tersebut, pada tahun 1970 hingga 1980 an pernah membuat “heboh” masyarakat kita terutama di pedesaan yang membuat orang menjadi “antipati” terhadap KB dan pemakaian alat kontrasepsi. Akibatnya jelas sekali. Di beberapa wilayah terutama di pedesaan KB pernah menjadi “momok” yang sangat ditakuti oleh penduduk, sehingga sering terjadi jika Petugas KB (dulu dikenal sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana = PLKB) datang, mereka menanggapi dengan rasa ketakutan yang berlebih bahkan sinis dan kemudian pada akhirnya menimbulkan “rasa benci” yang amat sangat pada petugas KB. Kebencian inilah yang suatu saat dapat menimbulkan berbagai kejadian yang sama sekali di luar dugaan petugas KB. Sebagai contoh, adanya kejadian petugas KB dikejar-kejar suami si isteri yang didatangi untuk ikut KB. Kemudian adanya petugas KB atau bidan yang hendak dibunuh oleh suami si isteri yang telah dipasang IUD karena dianggap mengganggu haknya sebagai suami dan masih banyak lagi. Maka sangat wajar saja jika waktu itu di beberapa wilayah terutama di wilayah pedesaan, program KB yang dijalankan pemerintah mengalami banyak sekali hambatan.
Berbagai berita negatif tentang KB inilah yang sekarang kita kenal dengan istilah “rumors KB”, yang dalam dekade 1970 – 1980 an sempat menggoyangkan kemajuan pemasyarakatan KB di Indonesia. Pada tahun – tahun tersebut memang masa-masa rawan dan penuh tantangan dalam pembudayaan Norma Keluarga Kecil (Norma Keluarga Kecil) sebagai salah satu tujuan dari program KB waktu itu. Orang masih sangat mudah termakan rumors atau desas-desus. Sebab waktu itu di samping berbagai informasi dan penerangan KB masih sangat kurang, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang terbilang masih rendah menyebabkan mereka mudah percaya pada “omongan” orang tanpa ditelusuri dahulu bear tidaknya..
Apa itu Rumors?
Kata rumors yang berasal dari bahasa Inggris mengandung pengertian suatu pesan yang tidak pasti dan belum diuji kebenarannya. Biasanya disampaikan dari mulut ke mulut. Secara singkat kita dapat mengidentikkan rumors tersebut dengan desas-desus atau kabar angin. Dikatakan desas-desus karena isi rumors ini belum tentu benar. Pada umumnya dibesar-besarkan sehingga jauh lebih besar dari kenyataan atau dikacaukan. Seorang ibu yang mengalami sedikit pendarahan karena memakai IUD, mungkin juga dikatakan dalam rumors mengalami pendarahan hebat dan menyebabkan ibu tersebut hampir mati. Dengan demikian rumors KB dapat diartikan sebagai desas-desus yang menyangkut soal keluarga berencana.
Sejalan dengan perkembangan jaman, rumors KB juga mengalami perkembangan baik dalam bentuk maupun jenisnya, meskipun saat ini penyebarannya tidak meluas seperti dulu dan pengaruhnya tidak begitu besar. Namun begitu, yang namanya rumors tetaplah rumors, yang sewaktu-waktu dapat “meledak” dan mengacaukan keadaan dan menghambat perkembangan dan kemajuan gerakan KB di suatu wilayah.
Menurut jenisnya, rumors KB saat ini dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu : (1) Rumors medis, contoh ibu-ibu pemakai Pil KB badannya menjadi terlalu gemuk atau terlalu kurus dan rambutnya rontok; (2) Rumors religius/agama, contoh KB itu haram, KB itu dosa, KB adalah membunuh bayi; (3) Rumors ekonomi, contoh ikut KB harus membayar mahal, alat kontrasepsi menyebabkan lesu, malas bekerja sehingga tidak produktif, jika sekarang memakai alat kontrasepsi maka akan ditagih bayaran kemudian hari; (4) Rumors tradisional, contoh jika ikut KB maka nenek moyang yang sudah meninggal akan marah, kalau ibu-ibu memakai alat kontrasepsi maka rejeki sang suami mampet; dan (5) Rumors politis, contoh WNI akan menjadi mayoritas di negara kita, karena mereka tidak ikut KB, warga negara asing harus ikut KB jika akan masuk ke Indonesia dan sebagainya.
Dari berbagai jenis rumors KB tersebut, rumors medis dan rumors relugiuslah yang menempati ranking tertinggi di Indonesia. Karena masyarakat Indonesia paling peka terhadap kedua masalah ini. Rumors medis oleh masyarakat kita (terutama di pedesaan) yang selalu menyangkut masalah kesehatan ibu akan tetap rawan. Karena masalah-masalah “penyiksaan tubuh” pada prinsipnya sangat tidak diterima oleh masyarakat kita. Sedangkan rumors religius tetap efektif dan mengakar kuat di kalangan masyarakat kita, karena memang keyakinan masyarakat kita terhadap Tuhan YME sangat kuat, sehingga apapun bentuknya jika sudah dilarang oleh agama, mereka akan bertahan “mati-matian” untuk tidak melakukannya.
Cara Menanggulangi Rumors KB
Mengingat rumors KB dapat muncul sewaktu-waktu, maka kita sebagai pengelola KB harus bersiap-siap membantu kader KB dilapangan (baca: kader IMP) untuk mengatasi dan menanggulangi rumors ini. Lebih-lebih saat ini KB sudah menjadi suatu “gerakan” masyarakat, yang artinya KB sudah menjadi bagian dari “kebutuhan hidup” keluarga dan diyakini sebagai salah satu jalan untuk menuju terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai misi KB. Oleh sebab itu tidak ada salahnya jika kita pun turut serta berpartisipasi menangglangi rumors ini sebagai “sumbangan” atau bentuk partisipasi kita terhadap kemajuan dan perkembangan bangsa Indonesia menuju kehidupan yang lebih cerah.
Pada prinsipnya, mengatasi rumors KB tidaklah mudah. Banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus kita hadapi. Sebab masyarakat yang sudah “termakan” rumors (terutama masyarakat pedesaan), mereka akan antipati terhadap KB bahkan kepada petugasnya. Oleh sebab itu penanganannya harus hati-hati dan membutuhkan kesabaran yang tinggi. Harus hati-hati, karena jika rumors tersebut menyangkut soal religius atau agama jika penanganannya tidak hati-hati dapat membawa dampak yang sangat luas dan tidak kita harapkan. Harus memiliki kesabaran yang tinggi, karena menanggulangi/mengatasi rumors tidak hanya cukup membutuhkan waktu sehari atau dua hari saja, namun dapat memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Dalam upaya penanggulangan rumors KB, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengidentifikasi rumors itu sendiri, yaitu dengan cara mengetahui secara pasti rumors tersebut termasuk jenis apa, dari mana sumbernya, penyebarannya sampai berapa luas, bagaimana intensitas rumors, bunyi rumors dan maksud menyebarluaskan rumors. Jika sudah ada data yang jelas, maka kita dapat menentukan cara penanggulangannya. Jika kita mampu maka rumors tersebut dapat kita atasi sendiri dengan cara memberi penjelasan atau penerangan kepada masyarakat yang termakan rumors bahwa berbagai berita negatif tentang KB adalah tidak benar dan bohong dengan mengemukakan berbagai penjelasan. Jika cara tersebut tidak memungkinkan, maka kita bisa minta bantuan kepada pihak lain yang memiliki pengaruh besar di masyarakat (biasanya tokoh masyarakat dan tokoh ulama) atau mengadakan pendekatan khusus kepada orang-orang yang dikenai desas-desus atau rumors tersebut. Jika dengan cara tersebut ternyata juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan, kita dapat menempuh jalan dengan melaporkan kepada yang lebih berkompeten, yaitu ke BKKBN melalui Petugas KB. Sebab nantinya BKKBN lah yang nantinya secara kontinyu yang akan melakukan pembinaan dengan strategi yang efektif pada masyarakat yang termakan rumors. Dan jika seandainya BKKBN tidak mampu mengatasi sendirian, sebagai suatu badan koordinasi tentunya BKKBN akan minta “pertolongan” pada instansi lain yang terkait untuk mengatasinya, misalnya : Departemen Agama, Departemen Sosial, Departemen Kesesehatan. Departemen Pendidikan Nasional, dsb.
Dengan adanya penanganan rumors KB secara cepat, tentunya dampak dari rumors tersebut dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali. Atau setidak tidaknya penyebarannya dapat dilokalisir, sehingga rumors tersebut tidak tersebar ke mana-mana dan menjadi “momok” bagi masyarakat.
Pada saat sekarang ini, adalah menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk tetap waspada dan tanggap terhadap munculnya rumors KB di sekitar kita, mengingat KB sudah menjadi bagian dari kebutuhan kita dan telah kita akui bersama bahwa KB merupakan cara yang jitu untuk mengangkat dan mengentaskan bangsa Indonesia dari berbagai permasalahan kependudukan dan ekonomi yang beberapa waktu yang lalu sempat menjadi “masalah besar” negara kita. Oleh karena itu sudah saatnya kita mendukung program KB secara penuh sesuai kemampuan kita. Terlebih-lebih saat ini kita telah memasuki era baru Program KB dengan visi ”seluruh Keluarga Ikut KB” yang harus diisi dengan upaya-upaya mengajak seluruh anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam program KB sesuai dengan porsinya masing-masing menuju terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera. Dengan perjuangan kita yang penuh keikhlasan, mudah-mudahan membawa hasil yang memuaskan dan membawa nama harum bangsa kita di mata dunia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar